Apr 6, 2014

Keluyuran Malam di Malang Bersama "Si Kehed"

Ya, benar.. ini siang. Bukan malam (kurang foto)
Salah satu cara untuk menikmati "angin" perjalanan tak lain lagi adalah dengan cara berkendara sepeda/motor. Namun di posting-an kali ini Makan Angin membahas khusus motor saja. Selain praktis dan mudah "dibawa", motor biasanya dipilih oleh para fotografer ataupun penikmat pemandangan yang hobinya sebentar-sebentar berhenti ke pinggir jalan (nggak cuma saya aja, kan yang begitu?).

Bayangkan saja sendiri bila pakai mobil..? Repot banget, kan? Dan dengan motor pandangan jadi lebih leluasa tanpa terhalang sekat jendela ataupun atap. Oleh sebab itu, saya dan Thomas menyewa motor untuk keliling sekitaran Malang pada akhir 2013 lalu.

Mar 23, 2014

Hampir Putus Asa di Malang

Stasiun Kota Baru Malang
Sudah hampir satu setengah jam saya dan Thomas masih di dalam Tourist Information Center. Masih di bangku yang sama pula kami duduk lama sambil menyentuh-nyentuh layar HP masing-masing. Bukan karena kami sudah bosan menunggu si penjaga resepsionis yang lama melayani. Dan juga bukan karena kami sudah bingung mau kemana lagi sehingga kami nongkrong lama di tempat itu. Justru kami sedang searching tempat rental motor di kota Malang ini via Google

Berjalan kaki jarak jauh sejak tengah hari tadi membuat kami sangat lelah. Dan kini keadaan malah semakin "panas" ketika kami tahu bahwa rental motor yang direkomendasikan sudah penuh. Saya dan Thomas pun kalang kabut setengah mati, terancam terdampar di kota orang dengan dilanda kebosanan maksimal selama 3 hari ke depan jika kami tidak mendapat motor sewaan hari itu juga.

Mar 2, 2014

[Road Less Traveled] Saung Ranggon, (Mungkin) Satu-satunya Wisata di Bekasi


"Coba sebutin salah satu tempat wisata di Jakarta dalam 5 detik?"
"Monas!"

"Bandung?"
"Bosscha!"

"Batu?"
"Eeee.....(loading) Jatim Park!"

"Eeee.... Hong Kong?"
"Madame Tussauds!"

"Bekasi?"
"Eeeeee....."
Iseng bermain tebak-tebakan dengan adik saya yang membuat kami berdua kebingungan pada akhirnya.
"Serius! Sebenernya ada nggak, sih tempat wisata di Bekasi ini?" tanya saya pada adik, meskipun saya yakin betul kalau ia juga tidak tahu sama sekali.

Bertahun-tahun sudah sejak masih kecil saya tinggal di pinggiran kota Bekasi. Namun, sampai sekarang saya sendiri masih belum pernah mendengar ada wisata alam ataupun sejarah di kota ini. Memang apa yang menarik dari kota Bekasi? Udah penuh asap pabrik, polusi knalpot kendaraan, sumber kemacetan abadi setiap hari bagi ibu kota Jakarta. Oleh karena itu, Bekasi pantas sekali menyandang status dengan sebutan "Kotanya Karyawan" dan "The Dust City" (tentu saja karangan saya). Pokoknya Bekasi sudah tidak ada yang dapat dibanggakan lagi bagi saya pribadi!

Feb 16, 2014

Roaming around Hanoi and Ho Chi Minh City in Pictures


Cerita tentang perjalanan Makan Angin di Vietnam masih belum tuntas. Jika posting-an saya sebelumnya membahas seputar stereotipe dan budaya warga Hanoi dalam bentuk tulisan, maka kali ini Makan Angin menceritakannya lewat kompilasi foto-foto hasil "jepretan"-nya. Tidak hanya sekedar pemandangan indah yang bisa dipotret. Lebih dari itu, ada kebudayaan, adat, kebiasaan, aktivitas warganya, dan bahkan saya pun tidak tahan untuk "menangkap" "produk-produk unggulan" lokalnya yang terkenal akan kecantikan dan kemandiriannya.

Story about Makan Angin's trip in Vietnam isn't completed yet. The previous posts told about stereotypes and traditions of Hanoi citizen in writing article. So, this time Makan Angin tell the rest through his captured picture compilation. Not just about scenery that can be captured. There are also cultures, traditions or habits, local activities. And I couldn't resist to capture the local bellas, who are known for their beauty and self-dependence with my lense.

Feb 3, 2014

Ha Long Bay: Bersama Pasangan China yang "Gagap", Remaja Thailand Pendiam, dan Pria Prancis yang "Bawel"

Pemandangan Ha Long Bay pada umumnya
Mr. Dhong tampak kecewa begitu ia tahu bahwa kami tidak menggunakan jasa turnya. Wajahnya memelas seraya mengingatkan kembali apa yang telah ia beri tahu pada kami. Beliau adalah salah satu staff di hotel tempat kami menginap.

Sebenarnya dia sudah bilang dari awal untuk memakai tur yang ia rekomendasikan dan berjanji untuk memberikan harga yang terbaik. Namun kami sudah terlanjur ikut tur ke Ha Long Bay yang (mungkin) harganya lebih murah dari yang situ tawarin.

"Maafin kami, ya Mr. Dhong..." kata saya dalam hati. Sampai tak enak rasanya melihat raut wajahnya yang tampak kasihan.

Meski dalam keadaan sedihnya, Mr Dhong masih berbaik hati untuk membantu kami menelpon pihak tur yang pada pagi itu sudah telat setengah jam. Ternyata benar saja, kami dijemput paling terakhir. Saya pun dapat bangku lipat tambahan yang sudut kemiringannya lumayan ekstrim.

Sekitar 3 jam ke depan saya harus tahanin duduk miring bak model kena ambeien supaya seimbang. Saya, Eka, dan Robert pun dapat bangku secara terpisah sehingga mau ngobrol saja sudah pasti susah.

Yah, mau bagaimana lagi? Harga paket turnya saja sudah terbilang paling murah dari yang pernah saya tahu. Biasanya tur ke Ha Long Bay kisaran di atas US$20+ untuk paket tur standar 1 hari. Namun, kali ini kami bertiga malah nemu yang cuma  US$17,5. Beginner's luck!