Dec 3, 2014

[Road Less Traveled] Pengalamanku Menjadi "Orang Pinggiran" Batam

A: Lokasi rusun saya di kawasan Industri Kabil
"Mas, minumnya teh aja, ya!" pinta saya ke si mas.
"Obeng atau kosong?" si mas balik nanya
Saya terdiam berpikir sesaat. "Saya mau minuman, mas.. bukan alat tukang.." protes saya.
Pertanyaan ter-absurd untuk pertama kalinya sejak saya tiba di Batam beberapa hari yang lalu.

Nov 5, 2014

[Road Less Traveled] Ada Air Terjun Niagara di Bekasi

Seems like mini Niagara or Iguazu? (Sumber: http://bersapedahan.wordpress.com)
Judulnya agak mengecoh, bukan? Atau malah menarik perhatian?
Bekasi, kan kota dataran rendah, tandus pula. Mana mungkin ada curug?!
Kalaupun bener ada curug di "kota debu" ini, emangnya beneran mirip seperti air terjun Niagara yang ada di New York itu?

Well, saya sendiri juga belum bisa membuktikannya sebelum bertandang ke tempat tersebut.

Oct 19, 2014

The "Dead City" Jakarta

"Early Morning at Bundaran HI"
An annual event which brings you to witness an unusual face of Jakarta city. The capital city has been shrouded in silence for a while. As you know, Indonesia is the country with the largest Muslim population in the world. So, most of Jakarta people went to mosque during Eid al-Fitr to do salat in the morning.

Off course I took this super rare chance to experienced this quiet and serene atmosphere which lasted only around 1 hour. I wandered around the main heart of capital and took some pictures of temporary "dead city".

Then, let the photos tell the rest..

Sep 26, 2014

Tips and Travel Itinerary to Bawean Island

Almost sunset
Apa itu Bawean dan dimana?

Yang jelas bukan nama kue atau jenis gorengan. Bawean adalah sebuah pulau kecil yang berada di Laut Jawa. Di tengah-tengah pulau Kalimantan dan Jawa, tepatnya di sebelah utara Gresik, Jawa Timur.

What is Bawean and where is it?

First thing, it is not kind of cakes or fritters. It's an isle in the middle of Java Sea, between Borneo and Java. Just at the north of Gresik, East Java.

Aug 23, 2014

[Road Less Traveled] Penasaran Ada Apa di Bawean? (PART 2)


Cerita ini sambungan dari sini 

Kapal kayu yang kami tumpangi terus melaju di pesisir pulau Bawean. Sudah hampir setengah jam perjalanan sejak dari darat, namun pulau tujuan berikutnya masih di luar jarak pandang. Warna langit dan Laut Jawa yang membiru selalu menarik perhatian saya untuk menoleh ke arah kanan. Dari kejauhan itu nampak sesuatu berwarna putih yang cukup luas di tengah-tengah laut. Tak lain lagi itu adalah Pulau Noko, salah satu spot yang menjadi alasan para pelancong mengunjungi pulau Bawean.

"Kita nggak ke sana dulu, mas?" tanya saya sambil menunjuk ke arah Noko.
"Nanti, sekalian pulangnya aja. Sekarang kita ke Gili dulu," jawab mas Riri (local guide).

Jul 6, 2014

[Road Less Traveled] Penasaran Ada Apa di Bawean? (PART 1)

Pemandangan tepi jalan yang sayang untuk dilewatkan
Cerita ini sambungan dari sini

Laju motor saya pertahankan konstan di 40 km/jam. Saya sengaja melakukannya agar dapat merasakan angin yang sejuk sambil berjalan ditengah hamparan sawah yang luas. Pulau surga yang bernama Bawean itu berada di tengah Laut Jawa. Pulau ini seakan tak ada habisnya menawarkan berbagai macam keindahan alamnya yang membuat saya cukup terpukau. Dalam satu hari saya coba untuk menjelajah pulau ini, terutama lokasi-lokasi wisatanya yang wajib dikunjungi.

Hari masih pagi dan saya masih cukup lelah setelah perjalanan panjang 2 hari dengan kereta dan ferry. Naluri bertualang semakin excited dan seketika itu juga rasa lelah telah terlupakan begitu saja. Tanpa berlama-lama lagi, kami langsung beranjak dari penginapan untuk segera bertemu dengan hewan endemik pulau ini, Rusa Bawean.

Jun 11, 2014

[Road Less Traveled] Bawean: The Self-Dependent "Virgin"

Sandy island of Noko
Huh?! Bawean? Is it kinda a cake? Where can I buy it? Obviously, there are still many who don't know if it is an island called Bawean. It is not yet so famous for the newbies which make the nature of this island is still preserved. Surely, I felt so lucky to be one of the tourists who have visited here.

As far as my sights toward to the horizon, all I can see is clear blue sky; the blue Sea of Java; and some of small islands covered in green. The small motorboat which I rode on was in maximum speed. I just couldn't wait to run the chance of having my footprints onto the "little paradise" called Noko Island. If I recalled my struggle to reach this place a couple hours ago, I believed everything has been paid off by the magnificent view of Bawean Island.

A couple hours ago...

Sensation of having 12 hours inside the Kertajaya train has passed. Now, I have to get on board a ferry Gresik-Bawean at 9:00 PM. Subairi (Riri), Bawean local guide accompanied me, and also Benny and Anton from Surabaya will be my companion along the trip.


Bawean is just a small island in the middle Sea of Java, precisely at the north of Gresik. The island which still "virgin" interest me to be explored. My visit this time not only a mere enjoy the landscape, but to explore, dig up some infos and find out local traditions. Certainly, Riri will be bombarded with a lot of questions from me.

May 30, 2014

Masjid yang Dibangun Jin dalam Semalam

Sangat mencolok dari kejauhan
Saya selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat ibadah atau ke tempat yang "berbau" religi ketika sedang traveling di dalam kota. Bukan untuk ikut acara keagamaan seperti biasanya. Namun lebih ke sekadar berziarah dan merasakan pengalaman spiritual. Tak dapat dimungkiri lagi, rumah-rumah ibadah selalu memiliki arsitektur yang unik nan megah. Beda agama, maka beda juga gaya arsitekturnya. Hal semacam itulah yang selalu memaksa saya untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut.

Adalah Masjid Tiban yang telah menarik minat saya untuk segera dikunjungi. Saya penasaran akan rupa aslinya ketika saya sempat melihat beberapa fotonya dari hasil blog walking beberapa waktu lalu. Mumpung masih di Malang, maka saya dan Thomas langsung menuju ke masjid itu setelah perjalanan dari pantai selatan.

May 17, 2014

Mencoba Menjadi Tamu Spesial di Gunung Kawi

Pintu masuk wisata Gunung Kawi
Hanya dengan 3 hari saja di Malang sudah membuat saya cukup bingung untuk jalan ke mana lagi. Hari ini adalah hari terakhir kami di Malang dan kami belum merencanakan mau pergi ke mana. Di tengah kebingungan, tiba-tiba HP saya bergetar tanda ada pesan Whatsapp masuk. "Lu masih ada di Malang, Jos?" Kebetulan, seorang teman yang baru saja pulang dari Surabaya mengajak saya ketemuan. Mumpung saya masih berada di kampung halamannya juga. Mengingat saya punya waktu kosong seharian, maka kesempatan ini saya gunakan untuk bertemu teman lama. Yah.. saya sebut ini sebagai sekedar reuni kecil.

Cucas, begitulah nama teman saya yang satu ini. Saya berteman dengannya ketika magang 5 bulan di Batam tahun 2012 lalu. Dan kini dia mengajak saya dan Thomas untuk main-main ke rumahnya yang berada di luar kota. "Ayo dong, Jos... maen-maen ke Malang! Sekalian mampir ke rumah dan resto papa ku," kalimat persuasif itu sering terdengar sekitar setahun yang lalu. Hari ini saya menepati janjinya untuk berkunjung ke restoran Lesehan Gentong milik papanya. Perjalanan tak berencana hari ini sepenuhnya saya serahkan kepada si pemilik kampung halaman.

Apr 19, 2014

Sulitnya Mencari Ketenangan di Pantai Selatan Malang

Balekambang di bagian yang tak terlalu ramai
Mengendarai motor di dalam kota sepertinya sudah menjadi hal biasa yang membosankan bagi sebagian warga kota besar. Begitupun juga dengan saya yang kesehariannya selalu menggunakan motor. Pengalaman bersentuhan dengan debu dan menghirup kabut knalpot dan pabrik sudah menjadi hal yang biasa saja meski sangat menjengkelkan. Benar, rutinitas memang sungguh-sungguh membosankan. Namun, lain ceritanya ketika saya mendapat kesempatan bermotor ria di Malang. Sungguh pengalaman yang menarik mengingat ini adalah hal yang baru bagi saya.

Perasaan excited kian menggelora karena hari ini kami akan menjelajah ke selatan Malang, tepatnya pantai-pantai selatan. Memang jalanan di Malang tidak seramai seperti Jakarta tercinta (cih!). Maka dari itu, saya jadi terhasut untuk memacu adrenalin. Saya tariklah itu gas biar anginnya lebih terasa. Makin ngebut makin adem, kan?

Apr 6, 2014

Keluyuran Malam di Malang Bersama "Si Kehed"

Ya, benar.. ini siang. Bukan malam (kurang foto)
Salah satu cara untuk menikmati "angin" perjalanan tak lain lagi adalah dengan cara berkendara sepeda/motor. Namun di posting-an kali ini Makan Angin membahas khusus motor saja. Selain praktis dan mudah "dibawa", motor biasanya dipilih oleh para fotografer ataupun penikmat pemandangan yang hobinya sebentar-sebentar berhenti ke pinggir jalan (nggak cuma saya aja, kan yang begitu?).

Bayangkan saja sendiri bila pakai mobil..? Repot banget, kan? Dan dengan motor pandangan jadi lebih leluasa tanpa terhalang sekat jendela ataupun atap. Oleh sebab itu, saya dan Thomas menyewa motor untuk keliling sekitaran Malang pada akhir 2013 lalu.

Mar 23, 2014

Hampir Putus Asa di Malang

Stasiun Kota Baru Malang
Sudah hampir satu setengah jam saya dan Thomas masih di dalam Tourist Information Center. Masih di bangku yang sama pula kami duduk lama sambil menyentuh-nyentuh layar HP masing-masing. Bukan karena kami sudah bosan menunggu si penjaga resepsionis yang lama melayani. Dan juga bukan karena kami sudah bingung mau kemana lagi sehingga kami nongkrong lama di tempat itu. Justru kami sedang searching tempat rental motor di kota Malang ini via Google

Berjalan kaki jarak jauh sejak tengah hari tadi membuat kami sangat lelah. Dan kini keadaan malah semakin "panas" ketika kami tahu bahwa rental motor yang direkomendasikan sudah penuh. Saya dan Thomas pun kalang kabut setengah mati, terancam terdampar di kota orang dengan dilanda kebosanan maksimal selama 3 hari ke depan jika kami tidak mendapat motor sewaan hari itu juga.

Mar 2, 2014

[Road Less Traveled] Saung Ranggon, (Mungkin) Satu-satunya Wisata di Bekasi


"Coba sebutin salah satu tempat wisata di Jakarta dalam 5 detik?"
"Monas!"

"Bandung?"
"Bosscha!"

"Batu?"
"Eeee.....(loading) Jatim Park!"

"Eeee.... Hong Kong?"
"Madame Tussauds!"

"Bekasi?"
"Eeeeee....."
Iseng bermain tebak-tebakan dengan adik saya yang membuat kami berdua kebingungan pada akhirnya.
"Serius! Sebenernya ada nggak, sih tempat wisata di Bekasi ini?" tanya saya pada adik, meskipun saya yakin betul kalau ia juga tidak tahu sama sekali.

Bertahun-tahun sudah sejak masih kecil saya tinggal di pinggiran kota Bekasi. Namun, sampai sekarang saya sendiri masih belum pernah mendengar ada wisata alam ataupun sejarah di kota ini. Memang apa yang menarik dari kota Bekasi? Udah penuh asap pabrik, polusi knalpot kendaraan, sumber kemacetan abadi setiap hari bagi ibu kota Jakarta. Oleh karena itu, Bekasi pantas sekali menyandang status dengan sebutan "Kotanya Karyawan" dan "The Dust City" (tentu saja karangan saya). Pokoknya Bekasi sudah tidak ada yang dapat dibanggakan lagi bagi saya pribadi!

Feb 16, 2014

Roaming around Hanoi and Ho Chi Minh City in Pictures


Cerita tentang perjalanan Makan Angin di Vietnam masih belum tuntas. Jika posting-an saya sebelumnya membahas seputar stereotipe dan budaya warga Hanoi dalam bentuk tulisan, maka kali ini Makan Angin menceritakannya lewat kompilasi foto-foto hasil "jepretan"-nya. Tidak hanya sekedar pemandangan indah yang bisa dipotret. Lebih dari itu, ada kebudayaan, adat, kebiasaan, aktivitas warganya, dan bahkan saya pun tidak tahan untuk "menangkap" "produk-produk unggulan" lokalnya yang terkenal akan kecantikan dan kemandiriannya.

Story about Makan Angin's trip in Vietnam isn't completed yet. The previous posts told about stereotypes and traditions of Hanoi citizen in writing article. So, this time Makan Angin tell the rest through his captured picture compilation. Not just about scenery that can be captured. There are also cultures, traditions or habits, local activities. And I couldn't resist to capture the local bellas, who are known for their beauty and self-dependence with my lense.

Feb 3, 2014

Ha Long Bay: Bersama Pasangan China yang "Gagap", Remaja Thailand Pendiam, dan Pria Prancis yang "Bawel"

Pemandangan Ha Long Bay pada umumnya
Mr. Dhong tampak kecewa begitu ia tahu bahwa kami tidak menggunakan jasa turnya. Wajahnya memelas seraya mengingatkan kembali apa yang telah ia beri tahu pada kami. Beliau adalah salah satu staff di hotel tempat kami menginap.

Sebenarnya dia sudah bilang dari awal untuk memakai tur yang ia rekomendasikan dan berjanji untuk memberikan harga yang terbaik. Namun kami sudah terlanjur ikut tur ke Ha Long Bay yang (mungkin) harganya lebih murah dari yang situ tawarin.

"Maafin kami, ya Mr. Dhong..." kata saya dalam hati. Sampai tak enak rasanya melihat raut wajahnya yang tampak kasihan.

Meski dalam keadaan sedihnya, Mr Dhong masih berbaik hati untuk membantu kami menelpon pihak tur yang pada pagi itu sudah telat setengah jam. Ternyata benar saja, kami dijemput paling terakhir. Saya pun dapat bangku lipat tambahan yang sudut kemiringannya lumayan ekstrim.

Sekitar 3 jam ke depan saya harus tahanin duduk miring bak model kena ambeien supaya seimbang. Saya, Eka, dan Robert pun dapat bangku secara terpisah sehingga mau ngobrol saja sudah pasti susah.

Yah, mau bagaimana lagi? Harga paket turnya saja sudah terbilang paling murah dari yang pernah saya tahu. Biasanya tur ke Ha Long Bay kisaran di atas US$20+ untuk paket tur standar 1 hari. Namun, kali ini kami bertiga malah nemu yang cuma  US$17,5. Beginner's luck!

Jan 18, 2014

Ada yang Seru dan Juga yang Aneh di Hoan Kiem Lake

Salah satu sisi Hoan Kiem Lake
Pusat kota yang ramai pengunjung, suara klakson motor yang membahana, serta aktivitas yang kian semarak membuat daerah Old Quarter menjadi sangat hidup. Berbekal peta dari hotel, kami mengikuti rute langsung menuju Hoan Kiem Lake. Padahal jaraknya tidak sampai 1 km, namun kami habis waktu karena sering "nyangkut" di toko-toko suvenir di pinggir jalan. Memang bukan pengalaman yang luar biasa untuk sekedar berkunjung ke sebuah taman kota. Namun taman di Hoan Kiem Lake ini dapat dikatakan berbeda dari taman-taman yang ada di Jakarta.

Taman yang terletak di jantung kota ini memiliki danau berair kehijauan di tengahnya. Dan perbedaan yang paling mencolok di sini karena keberadaan sebuah klenteng di tengah-tengah danaunya. Ratusan turis datang berkunjung setiap harinya-dengan melewati sebuah jembatan merah yang menghubungkannya. Untuk bisa masuk ke area kuil Ngoc Son, turis asing dikenakan tiket masuk 20.000 VND (Rp10.000). Harganya "ngetok" turis asing abis, kan?! Kenyataannya saya pun kalah oleh rasa penasaran yang menggalau di hati.

Jan 4, 2014

Hanoi, Ibu Kota Berbudaya dengan Segala Keunikannya (PART 2)

Bagian depannya Noi Bai Airport, Hanoi (Sumber: vietnamcartransfer.com)
Cerita ini sambungan dari sini

"No no no no....," kata si cici (kakak perempuan) bernada yakin sembari menggelengkan kepalanya. Meski saya tanya ulang lagi si cici tetap saja geleng kepala."There's no bus here to the town," jelasnya. Dia malah menghimbau kami untuk naik taksi atau shuttle bus yang ada di depan lobby. Saya pun juga tidak langsung percaya kata si cici informasi tadi, karena saya sudah mencari info cukup lengkap via internet mengenai kendaraan ke kota dari Noi Bai Airport. Ternyata benar saja, begitu keluar kami langsung ditawarin taksi-taksi. Jalan ke arah kanan sedikit kami dipaksa seorang ibu-ibu untuk segera masuk ke shuttle bus. Alasannya, sih katanya udah mau jalan, makanya diburu-buruin. Namun saya tetap bersikukuh dengan catatan yang saya pegang di tangan. 

Hasil tanya-tanya Mbah Google, di ujung kanan setelah keluar main gate airport ada bis yang dapat mengantarkan langsung ke pusat kota, Old Quarter. Dari jarak seratusan meter juga sudah bisa terlihat bis kota berwarna khas putih merah lagi asyik mejeng di pinggir rerumputan. Dari tempat itu kami naik bis nomor 17 yang saya yakin bisa mengantarkan kami ke kota. Tinggal bilang 1 kata saja "Long Bien", maka kenek dan sopir juga sudah tahu kita bakal diturunin di daerah turis.